This is Akira Wisnu's Site

Friday, July 10, 2009

Medea: Senandung Biola Medea

Medea: Senandung Biola Medea



Lagi – lagi sekedar kisah aneh, terjadi disebuah malam, ditengah – tengah padang rumput menghampar di depan istana fakultasku. Aku menatap sesuatu yang indah, sungguh susah digambarkan. Bagai musik penadah nyawa dikala gundah, lentik melengkingkan nada – nada dari biola yang tak berdawai.

Medea menyenandungkan irama hati, memainkan pelan perlahan, penuh penghayatan diujung kalbu. Sungguh sebuah kesederhanaan, melainkan sonata kehidupan. Tiap nada yang ia gesek di biola cokelat itu mengisi tiap relung nadiku yang semu. Nafasku terhenti sejenak, waktu bagai melambat kala menatapnya, sungguh mempesona melirik musik itu, apapun itu, keindahannya membunuh lukisan Da Vinci, sang Monalissa.

Medea,
Apakah simponi yang engkau mainkan itu?
Apakah emosiku ini mengganggu citramu?
Apakah perasaan ini salah tatkala aku terbuai oleh musikmu?

Biola bergesekan, saling bersingkap satu sama lain
Menyenanungkan irama pembuai kepedihan, membahagiakan sejuta karma..
Pelan, perlahan..irama saling bertautan indah..
Malam terasa penuh sekarang..tak ingin pergi jauh lagi..

Waktuku melambat,
Tak berasa seharian menunggunya..
Penatku terbayar sudah
Menatap irama sang Medea membunuh egoku..

Aku sadar bila ku egois..
Dan mungkin ku pencemburu akan keindahan musiknya
Tatkala ada hati lain yang hendak merebut irama ini..
Sonatine 59, opus 2 piano sonata..
Itulah nada dari sang Medea yang kuingat selalu..
Dan aku sadar, aku hendak memohon maaf atas egoku ini..

Sifat ketidaksabaran,
Menciptaka distorsi pada nada – nada Medea..
Tapi itu karena kusayang nada – nada itu..
Dan tak ingin ‘Fals’ mengiringi nadanya
Do, Re, Mi, Fa…

Kemanakah kamu kini?
Kudekat dengamu Namur kau tak pernah merasa..
Atau itu bentuk dari penghindaran kita?
Dan tak ingin ‘distorsi’ merusakaan persaudaraan nada kita..
Sol, La, Si, Do’!!

Maka nada dibalikan,
Maka hidup disingkapkan kembali..
Maka ikatan menjadi sebuah mendiang..
Maka itu akan jadi harapan semu saja
Maka ini bagaikan punguk merindukan rembulan
Maka ini bagai menggarami air laut
Maka ini bagaikan menerbitkan sang Surya dari barat..
Maka ini bagaikan menenggelamkan batu apung..
Maka ini bagaikan mendinginkan bara
Maka ini bagaikan musim dingin tanpa panas..
Maka ini bagai kutub utara tanpa selatan..
Dan maka ini..

Maka ini..kuharapkan nada itu akan selalu ada
Sekalipun Medea tak ada untukku, selalu..

Maka ini..kuinginkan ia, sang pembawa pesona, penebar keindahan pada pujangga gelisah
Sekalipun kamu bukan takdirku kini..
Biarkan waktu yang mengaturnya..

Maka ini..bak bahtera sang Nabi (Nuh) di badai Tiamat..
Pelihara biola itu,
Agar aku tenang mengawasimu dari kegelapan, dari kejauhan malam
Dan peliharalah baik biola itu,
Agar aku dapat selalu mendengar dekapan indah nadamu, Juwita..
Dan akan kuingat selalu, irama yang kau bawa..
Walaupun bukan untukku..

Kan kucoba tuk menjaga nada itu,
Bersama pemusik hatinya,
Sang Medea..



Dalam gelap sudut malam kota ini. Merenung sendiri dalam getir, menunggu waktu berpaling baginya..

-akirawisnu-
Sabtu, 11Juli09, 2:23:30

0 comments:

Edited by : Akira Wisnu akirawisnu.blogspot.com