This is Akira Wisnu's Site

Thursday, June 30, 2011

Lihat

Lihat aku,
Disini aku menatap kalian
Menerawangi setiap wajah kalian
Menatap kebahagian biru di hati kalian


Lihat aku,
Telanjang diatas daun yang kesepian
Menguning karena malu
Malu karena ketidakmampuanku


Lihat aku,
Saat ini ku kehilangan
Terang itu ditimpa kegelapan
Menciptakan sebuah tanda


Lihat aku,
Kumasih berjalan terseok kawan
Tak ada uluran tangan
Kumenangis meratap atas bahagiamu


Lihat aku,
Tersandar lemas di tembok bernama putus asa
Sementara dorongan dari belakangku menghimpit nafasku
Akalku sekarat kawan


Lihat aku,
Anjing menggonggong
Orang melolong
Tapi hanya aku yang dirangsang sepi


Lihat aku,
Mulai meluhat esensi dunia sebagai hitam
Menatap gelap sebagai terang
Terinjeksi konsepsi bernama individualisme


Lihat aku,
Terhinggapi isme - isme anti fanatik
Terjebak dalam hedonisme yang bernama benci
Meradang atas rasa sepi


Lihat aku,
Iya, lihatlah aku..
Lihat..
Kuhanyalah sebuah bayangan transparan


Kulihat kamu,
Kutahu kamu bahagia
dan Kamu pantas akan itu
Tapi aku merasa, merasakan panas buih nanar


Kulihat kita,
Foto - foto disaat kita bersama kala muda
Kini kau dipuncak menara
Hierarki statuta strata tertinggi


Kulihat aku,
Terperih oleh bara
Menanarkan api bernama cemburu
Pasti kudapatkan kastaku


Lihat aku,
sebagai bukan aku
Menjadi entitas baru
Yang lebih kuat, dan lebih gelap..


Lihat aku,
Kubukan menyerah
Seminggu kan kusulap
Dan menyalip riang


Lihat aku,
memanjatkan Geiass terlarang
Menjadi entitas raja diraja
Dengan bayaran kesendirian


Lihat,
Lihat..
Lihat lirih
Kuterpejam
Termakan perih..

"Andai ada uluran tanganmu, maka kukan percaya kau masih ada kawan, namun hariku palsu dengan mu, hanyalah entitas terbelenggu senang, dan terkapar sedih saat bersama.."

-akirawisnu-
entitas yang terlupakan zaman

Geiass

Lari,
Aril,
Rila,
Ilar,

Lariku menjauhimu
Bagai Sangarila dikejutkan olehmu
Rilaksasi atas tingkahmu
Kilar bening atas usahaku


Kulari lebih jauh, hanya tuk melangkah lebih dekat
Namun beranjak makin jauh separil
Tak kuasa menahan daya Rila
Kuarsa rilar diantara benderang fenomena


Ya, fenomena melarikan diri
Bentukan rasa sakit hati kawanku Aril
Seperti tak rilakan hati saat tahu kau terbang tinggi
Sementara aku disini, hanya hilar dibentaran kali bernama sepi

Banyak orang besar menciptakan visi dari rasa sedih, benci, dendam, maupun IRI. Melampiaskan dalam bentuk haus akan kuasa, entitas semesta yang meraja - dirajakan dirinya. Takluk dalam pelukan setan yang didustakan masyarakat modern, yang tanpa sadar menguasai hati mereka pelan - perlahan. Kondisi patembayan, individualisme dari sikap merdeka, apatisme dan rasa sepi memakan hati mereka. Membakar api dalam hati, lewat rasa dengki. Menciptakan envisi karna benci, dan jadilah isme - isme yang terdustakan, termakan buaian setan.

Hitler, Tokugama Ieasu, Marx, Malcomm, bukan sekedar manusia tanpa hati. Justru hatilah yang menciptakan dengki, mereka berlari dari sangarila atas ilar irama dalam kerilaan hati mereka. Rasa yang terkondisikan menciptakan insepsi atas persepsi, membakar irama yang bernama benci dan menghidupkan ruh sakit hati.

Durjana,
Mendustakan isi sorgawi
Menciptakan esensi neraka dunia
Ingin lepas, ingin lari


Ego,
Menuntun manusia pada tingkatan lebih tinggi
Membuat perbedaan antara dia dan aku
Kamu dan kami, kasta antara manusia


Shiksa,
Membentuk envisi tuk menguasai
Depravasi relatif atas status sosial yang lebih tinggi
Indeks gini hati yang menorehkan dendam


Paradoksikal,
Ya, hidup dalam fluktuasi
Tak tentu menekan mati
Sekarang iya, besok musuh sampai mati


Ekhramwi,
Istilah untuk hati yang dibenci
Termakan neraka sepi
Tertekan dengan kondisi, ingin lariku, tapi makin dekatku, dengan waktu


Rasisme,
Terpaham karna benci
Terdustakan sebagai insepsi
Tertoreh sebagai envisi atas klan yang dibenci


Agoni,
Alterasi lebih tinggi
Ego dari segala ego isme - isme
Non-toleransi harga mati


Durjudhana,
Mitos Hindi akan kekuatan
Pendewaan diri
Perkuatan depravasi, hierarki Mashlow yang tak berkorelasi


Okultisme,
Penyembahan pada setan yang terkutuk
Memakan hati yang terbutakan oleh durga
Hilir mudik mencari pembenaran

Berhati-hatilah kawan, tak hanya aku. Kau pun mangsa dari entitas yang bernama benci, dan jalan terdekat tuk masuk adalah berlari sejauh mungkin dari kenyataan. Kenyataan saat kau tahu para sahabatmu pergi jauh meninggalkanmu, dan kamu terjungkal dalam jurang bernama sepi. Terbakar api bernama benci, memperkuatmu dengan rasa sedih, dan menanggalkan segala norma dan nilai sosial dalam hatimu, menjadikan dirimu entitas yang bernama sendiri. Ego dan agoni mendorong keinginanmu untuk menang, depravasi antara dia dan aku menjadikan kamu berfikir lebih jauh, lebih keras. Envisi paradoksikal membunuh hati kecilmu, yang berteriak keras untukmu, memohon tuk kau urungkan. Geiass, kutukan para raja - diraja. Kekuatan tuk menundukkan segala, dengan bayaran nyawa dan kesepian seumur hidup.

Bertahun sudah tertutup niat tuk mengingat, namun karma menderu ingin maju. Berikan aku Geiass itu Tuhan. Selama ku masih percaya ada harapan, sekalipun itu harapan dari keinginan yang bernama benci.

Sendiri kudengar mereka tertawa,
Riang menusuk kesendirian
Membakar emosi yang meluap keras
Akan kukejar kau, dan kulenggangkan kaki dengan kesombongan


Arogansi,
Entitas yang bernama iri
Dengki,
Menjebak setan keluar dari sorgawi


Entitas yang terenvisi sepi
Menumbuhkan semangat untuk membunuh hati
Kujebak langkahku sendiri
Saat kumeminta hati tuk dicaci

Setiap manusia pernah merasakan ini, rasa tuk membenci. Namun entitas ini adalah sahabat terdekat manusia, sekaligus yang paling dijauhi. Ciptakan Geiassmu masing sendiri. Dan jadilah raja diraja, para raja dengan kekuatan yang tercatat dalam sejarah manusia. Namun bayaran itu adalah kesendirian, laksana dewa, yang melihat keramaian manusia dalam kesendirian hati. Manusia - manusia ingkar yang menghianati dia.

Tapi tak ada jalan kembali, dan kuurungkan niatku tuk menjual hati. Karna kusisakan satu tetes kepercayaan kecil, yang kuharap mencuci rasa sepi, dan benci! Ku lari, mendekati Sangarila hati, Memoles hati Rila dan menorehkan ilar bilar diatas patung durga, para penyembah berhala.


-akirawisnu-
dalam sepi di awal juli..

Persepsi dan Insepsi

Persepsi dan Insepsi

Awal juli, pertengahan dari hari - hari berat yang kini kurasa. Beban, ya, beban yang dipikul rasanya berbeda dengan beban yang selama ini menerjang. Sahabat, ya..para sahabat seperjuangan sudah melewati batasan yang bernama diri sendiri, sedangkan disini jangankan tuk maju berperang. Sekedar untuk bisa melewati gerbang batasan yang bernama persepsi diri saja aku masih tak sanggup. Rasa takut dan kalut itu menyelimuti hati, seakan - akan jatuh dari sbuah tebing tinggi yang selama ini yakin bisa didaki.

Persepsi, sebuah pemikiran kecil, ide orisinal yang mendasar dari setiap manusia. Hari ini kubangun jam tiga pagi, Salat pagi, mandi pagi, bahkan sarapan pagi. Sebuah kebiasaan yang kutinggalkan hampir 3 tahun lamanya, termakan agoni sebuah kota besar, metropol. Persepsi tentang masalah ini nampaknya membuat insepsi dari diriku meluap untuk berubah, berubah dalam persepsi baru yang bernama iri dan kesepian. Takut untuk maju, namun kehilangan segala yang selama ini dielukan.

Gibran, Khairil, dan banyak sastrawan lain pernah menyatakan prosa tentang semangat hidup. Sebagian dari mereka menayatakan hidup adalah penderitaan, perjuangan seseorang tuk diakui, saling melahap dengan kearifan ilmu. Dan nampak, aku berada dalam kasta terbawah kini, terbawa insepsi, yang mengubah persepsi sebesar hati.

Aku, kamu, dia, ku tak kenal lagi apa yang ada di depan, terbawa gamang yang sudah lama kutanggalkan. Kutinggalkan jauh tuk berpikir lebih positif. Namun inversi dari superversi yang justru menghinggap. Subversi dari sebuah insepsi yang menjadikan persepsi negatif makin menegasikan segala positifisme.

Hedonisme menjadi dewa, namun bukan solusi, hanya mengganjal jalan yang seharusnya. Kesenangan sesaat tuk sejenak melupakan beban. Hanya mengakumulasi beban, menambah perih dan pedih atas diri. Insepsi dan persepsi yang jauh lebih buruk dibandingkan saat gagal dalam banyak hal lain.

Kesedihan, ya..mungkin itu adalah masa gelap dimana iluminatus terbunuh oleh dogma - dogma gereja yang disesatkan. Atau keyakinan buta akan jihadin yang disalah artikan.

Maka aku ada
Maka aku adalah nyata
Maka aku hanyalah menegasikan nasib durjana
Maka aku adalah sebuah derita


Maka dialah durga
Maka dialah shiksa
Maka derita ini menjadi bejana
Bejanan atas kisah luka


Hati ini fakta
Rasa ini cinta
Cinta sebelah hati
Pada sebuah kisah bernama Skripsi

Enkripsi rasa takut

Persepsi akan insepsi

Aku adalah aku, berjuang sendiri kini..mengharap secercah keajaiban Allah tuk mendorong keberuntunganku. Sekalipun kesepian sebagai harganya, kewajiban yang harus kutuntaskan harus dilanjutkan. Kode Geiass, kutukan sang raja, kumohon mata gelap itu, sekalipun kesepian menjadi bayarannya. Karena aku terpaksa, ataupun aku terhinakan, dan aku tertekan dengan keadaan. Maka aku ada, dan aku berjuang..


-akirawisnu-
yang dihianati waktu..

Edited by : Akira Wisnu akirawisnu.blogspot.com