This is Akira Wisnu's Site

Friday, February 26, 2010

Nirvana Semu

(sebelumnya)
Bagian I:



Kafetaria yang penuh dengan gumaman tak tentu, mungkin itulah penjelasan paling singkat untuk menggambarkan tempat ini. Sebuah tempat berkumpul bagi para jurnalis yang lelah atas jemunya dunia yang mereka rangkum, atau jenuh atas penolakan bak neraka dari sumber penghasilannya. Aroma di udara dipenuhi dengan peluh bercampur asap rokok, yang bila kau hirup sedikit saja kawan mungkin kau sudah pingsan dan tak sadar dimana kalian berada.


Suasana riuh menjadi langganan tetap kafe di jalanan lengang Margonda siang terik. Tak ada satupun yang aneh, dalam arti memang seperti ini sejak pertama kuinjakkan sepatu bututku di tempat ini. Tempatnya tak terlalu luas, dengan meja – kursi alakadarnya, begitu pula senyum yang alakadarnya dari pelayan tokonya yang tak bisa dibilang manis, bahkan jauh dari kata manis.
Kafe yang bernama “Nirvana”, atau dalam bahasa sanskerta disebut sebagai “Nirwa’Na”, sebuah tempat yang di artikan secara etimologi sebagai sorgawi yang kekal. Namun beda nama, beda pula suasana. Kafe ini tak mencerminkan surga bagiku, lebih mirip kandang bagi para burung kenari pembawa pesan, yang berkicau berisik satu sama lain, berbekal pengetahuan dari wawancara ataupun investigasi pelan mengintai dan membuat bising telinga jika kita dengar lebih dari 3 jam. Bisa pingsan! Bisa koit jika tak terbiasa!

Namun aku disini bukan berarti betah berlama – lama disini. Aku disini karena sebuah tugas yang menjengkelkan, digaris bawahi, “SEKEDAR TUGAS YANG MENJENGKELKAN!” (yang kadang memang susah digambarkan sebagai suatu hal yang rumit...terlalu rumit untuk dibuat senang)

Sebagai seorang jurnalis amatir berbekal ilmu jurnalistik di kampus, mengendus bau berita sifatnya sangat absurd. Konon katanya tempat berkumpulnya para kenari informasi seperti ini sangat efektif digunakan sebagai media pencari berita.
Bagai anjing yang mencari jejak buruannya, metode pencarian berita di tempat berkumpul seperti ini sudah terjadi sejak zaman pertengahan, atau bahkan jauh sebelum itu, namun itu bukan urusanku. Yang menjadi penting bagiku kini adalah sebuah informasi kecil yang belum bisa kuceritakan kawan, yang menurut kabar burung (belum tentu benar) dapat kita dapatkan dari seorang bekas wartawan infotainment 90’an, sang pelopor yang sungguh di luar dugaan, di masa matangnya justru memutuskan untuk keluar dan menyimpangkan sayap menjadi pemilik Kafe Nirvana. Dialah “Thijah”, sebagai nama pena dari sang mantan wartawan senior di dunia gosip.

0 comments:

Edited by : Akira Wisnu akirawisnu.blogspot.com