This is Akira Wisnu's Site

Thursday, June 30, 2011

Persepsi dan Insepsi

Persepsi dan Insepsi

Awal juli, pertengahan dari hari - hari berat yang kini kurasa. Beban, ya, beban yang dipikul rasanya berbeda dengan beban yang selama ini menerjang. Sahabat, ya..para sahabat seperjuangan sudah melewati batasan yang bernama diri sendiri, sedangkan disini jangankan tuk maju berperang. Sekedar untuk bisa melewati gerbang batasan yang bernama persepsi diri saja aku masih tak sanggup. Rasa takut dan kalut itu menyelimuti hati, seakan - akan jatuh dari sbuah tebing tinggi yang selama ini yakin bisa didaki.

Persepsi, sebuah pemikiran kecil, ide orisinal yang mendasar dari setiap manusia. Hari ini kubangun jam tiga pagi, Salat pagi, mandi pagi, bahkan sarapan pagi. Sebuah kebiasaan yang kutinggalkan hampir 3 tahun lamanya, termakan agoni sebuah kota besar, metropol. Persepsi tentang masalah ini nampaknya membuat insepsi dari diriku meluap untuk berubah, berubah dalam persepsi baru yang bernama iri dan kesepian. Takut untuk maju, namun kehilangan segala yang selama ini dielukan.

Gibran, Khairil, dan banyak sastrawan lain pernah menyatakan prosa tentang semangat hidup. Sebagian dari mereka menayatakan hidup adalah penderitaan, perjuangan seseorang tuk diakui, saling melahap dengan kearifan ilmu. Dan nampak, aku berada dalam kasta terbawah kini, terbawa insepsi, yang mengubah persepsi sebesar hati.

Aku, kamu, dia, ku tak kenal lagi apa yang ada di depan, terbawa gamang yang sudah lama kutanggalkan. Kutinggalkan jauh tuk berpikir lebih positif. Namun inversi dari superversi yang justru menghinggap. Subversi dari sebuah insepsi yang menjadikan persepsi negatif makin menegasikan segala positifisme.

Hedonisme menjadi dewa, namun bukan solusi, hanya mengganjal jalan yang seharusnya. Kesenangan sesaat tuk sejenak melupakan beban. Hanya mengakumulasi beban, menambah perih dan pedih atas diri. Insepsi dan persepsi yang jauh lebih buruk dibandingkan saat gagal dalam banyak hal lain.

Kesedihan, ya..mungkin itu adalah masa gelap dimana iluminatus terbunuh oleh dogma - dogma gereja yang disesatkan. Atau keyakinan buta akan jihadin yang disalah artikan.

Maka aku ada
Maka aku adalah nyata
Maka aku hanyalah menegasikan nasib durjana
Maka aku adalah sebuah derita


Maka dialah durga
Maka dialah shiksa
Maka derita ini menjadi bejana
Bejanan atas kisah luka


Hati ini fakta
Rasa ini cinta
Cinta sebelah hati
Pada sebuah kisah bernama Skripsi

Enkripsi rasa takut

Persepsi akan insepsi

Aku adalah aku, berjuang sendiri kini..mengharap secercah keajaiban Allah tuk mendorong keberuntunganku. Sekalipun kesepian sebagai harganya, kewajiban yang harus kutuntaskan harus dilanjutkan. Kode Geiass, kutukan sang raja, kumohon mata gelap itu, sekalipun kesepian menjadi bayarannya. Karena aku terpaksa, ataupun aku terhinakan, dan aku tertekan dengan keadaan. Maka aku ada, dan aku berjuang..


-akirawisnu-
yang dihianati waktu..

0 comments:

Edited by : Akira Wisnu akirawisnu.blogspot.com